Catatan Perjalanan Kemanusian Untuk Banjir Koltim

waktu baca 7 menit
Senin, 24 Jun 2019 13:28 0 311 redaksi

Perjalanan yang berkesan, bersama Tim Relawan SBM Peduli dalam misi kemanusiaan untuk korban bencana banjir di Kecamatan Uluiwoi dan Ueesi. Melalui medan yang sulit dengan kondisi jalan berkelok, penanjakan yang terjal, penurunan yang curam dan berlumpur, serta melewati beberapa sungai, membuat tim relawan harus berjibaku untuk sampai dilokasi tujuan. Semangat pantang menyerah untuk sebuah misi suci kemanusian terus menggelora dalam dada setiap relawan, semua menikmati perjalanan dengan tekad pantang putar balik.

Senin 17 Juni 2019, pukul 15.00 wita, di Posko Relawan SBM Peduli Kel. Rate-Rate Kolaka Timur. Siang itu sekitar 30-an orang anggota Tim relawan disibukkan dengan persiapan keberangkatan dalam misi kemanusian untuk korban bencana banjir di Kecamatan Uluiwoi dan Ueesi. Segala sesuatu dipersiapkan dengan baik, perlengkapan yang dibutuhkan selama perjalanan dicek kembali untuk memastikan tidak ada yang terlupa, begitupun dengan logistik bantuan yang telah dikemas dalam bentuk paket kemudian dikepak dalam karung untuk dimuat dalam mobil angkutan yang akan digunakan.

Tergambar wajah-wajah cerah, semangat kebersamaan dan rasa empati yang tinggi dari seluruh anggota Tim Relawan yang telah membayangkan medan perjalanan yang bakal dilalui.

Pukul 15.30 wita, seluruh persiapan telah tuntas. Empat unit kendaraan pengangkut logistik yang memuat sekitar 400 lebih paket bantuan standby, siap untuk diberangkatkan. Diawali dengan arahan dan do’a dari ketua rombongan yang dipimpin oleh H. Samsul Bahri Madjid Bersama Hj. Andi Merya Nur.

Sekitar pukul 16.00 wita kami berangkat meninggalkan Kel. Rate-Rate, dengan memilih jalur perjalanan Mowewe. Jalur perjalanan ini melalui poros Kolaka dengan melewati Kec. Lalolae dan kemudian mengambil arah kiri disimpang tiga menuju ibu kota Kec. Mowewe, dan diteruskan kearah utara masuk di Desa Solewatu Kecamatan Tinondo.

Memasuki Desa Tutui, tantangan perjalanan dimulai. Kondisi jalan yang ekstrim dengan tanjakan yang licin dan berlumpur membuat kendaraan yang digunakan kesulitan untuk mendaki. Ditempat ini kami bertemu dengan rombongan dari relawan Wahda Islamiyah Kab. Kolaka yang juga membawa bantuan kemanusiaan untuk kecamatan Uluiwoi dan Ueesi. Sebuah mobil box angkutan logistik Wahda Islamiyah terjebak dan menghalangi jalan yang akan dilewati, dengan bantuan dari relawan SBM akhirnya mobil dapat dibebaskan dari jebakan lumpur yang dalam. Semangat kebersamaan untuk misi kemanusian yang sama mendorong kedua tim relawan untuk bahu membahu mengatasi hambatan perjalanan yang dihadapi.

Pukul 17.40 wita, kami sampai di Desa Singgere, desa terakhir yang masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Tinodo sebelum memasuki wilayah Kecamatan Uluiwoi, di Desa ini Tim memutuskan untuk beristirahat sambil melaksanakan sholat magrib berjamaah di Masjid desa. Kepenatan selama perjalanan sedikit terobati, apalagi setelah mencuci muka yang disiram dengan air wudhu. Usai shalat magrib perjalanan dilanjutkan, memang Tim sengaja tidak berlama-lama ditempat ini mengingat perjalanan yang masih jauh untuk sampai di Ibu Kota Kecamatan Uluiiwoi.

Tantangan medan jalan yang dihadapi semakin ekstrim, didepan nampak puncak Gunung Amate terlihat samar dalam balutan senja menjelang malam bagai raksasa yang akan melumat mangsanya. Puncak inilah yang kami lalui, penanjakan yang terjal dan licin sepanjang kurang lebih 1 kilo meter, membuat pak sopir harus lebih ekstra hati-hati.

Sampai dipuncak Amate, dalam cahaya lampu mobil yang dikendarai terlihat berdiri tugu batas Kecamatan Tinondo dan Uluiwoi dipinggir sisi kiri jalan, kami akhirnya memasuki wilayah Desa Pehanggo, desa pertama yang ditemui dalam wilayah kecamatan Uluiwoi. medan jalan di desa ini adalah penurunan yang curam, licin dan berkelok sepanjang kurang lebih 7 kilo meter, dan terkadang disisi kiri atau kanan jalan terdapat jurang yang dalam, lagi-lagi pak sopir harus lebih ekstra hati-hati.

Sekitar pukul 21.00 wita, kami sampai di Desa Amololu dipinggir sungai Tawanga. Tantangan kali ini kami harus menyeberangi sungai yang cukup lebar, sekitar 40 meter. Kondisi air saat itu sedalam paha orang dewasa dengan arus yang lumayan deras. Berdasarkan informasi warga setempat, baru saja satu unit mobil milik pemda koltim terjebak dan macet ditengah sungai, untung saja masyarakat segera membantu sehingga mobil tidak hanyut terbawah arus air.

Sebenarnya ditempat ini terdapat jembatan gantung, tapi hanya dapat dilewati oleh pejalan kaki dan kendaraan bermotor roda dua, untuk kendaraan roda empat tidak ada cara lain selain turun ke dalam air untuk dapat menyeberangi sungai.

Seluruh tim relawan kemudian turun dari mobil angkutan, mengatur strategi untuk dapat menyeberangi sungai, terlebih dalam kondisi malam yang gelap, penerangan hanya dari cahaya lampu kendaraan dan senter dari HP.

Diseberang sungai nampak 2 unit mobil dump truck dan 1 unit excavator milik pemda koltim juga akan menyeberangi sungai. Mobil pertama kemudian dapat melintasi sungai dengan cara mengambil jalan mengikuti arus menyilang dari atas ke bawah. Namun naas bagi mobil kedua mobil tersebut terhenti di dalam air sekitar 10 meter sebelum sampai dibibir sungai. Beruntung excavator segera turun kedalam air dan mendorong mobil dari belakang, sehingga mobil kemudian dapat diselamatkan.

Harapan saat itu untuk dapat menyeberang adalah excavator milik pemda untuk dapat membantu apabila sewaktu-waktu kendaraan terjebak di dalam air. Tapi sayang sungguh sayang, excavator pemda lansung ngacir meninggalkan lokasi, sangat disesalkan, terlebih dalam rombongan relawan SBM ikut Wakil Bupati sebagai Ketua Rombongan. Tak patah arang, dengan semangat yang terus menggelorah didada, seluruh tim bertekad untuk dapat menembus sungai tawanga, pantang putar balik.

Dengan bantuan warga yang mengarahkan jalur penyebrangan, akhirnya Rombongan Tim Relawan dapat menembus ganasnya Sungai Tawanga.

Tim selanjutnya berhenti di Posko Banjir Desa Amolulu, ditenpat ini, Samsul bersama Mery sebagai ketua rombongan menyerahkan beberapa paket bantuan logistik yang diterima Kepala Desa Amololu untuk diteruskan kepada warga yang terdampak banjir.

Rombongan kemudian melajutkan kembali perjalanan, sekitar pukul 23.00 wita, Tim tiba diKelurahan Sanggona Ibu Kota Kecamatan Uluiwoi. Tak ada sambutan dan penerimaan dari pemerintah kecamatan, Tim akhirnya menuju salah satu rumah warga yang tak jauh dari posko bajir kecamatan dan rumah kediaman camat Uluiwoi. Dirumah warga inilah seluruh rombongan relawan SBM beristirahat dan makan malam dengan bekal yang dibawa.

Esok hari, selasa 18 Juni 2019, pukul 08.00 wita. Setelah mandi pagi dan istirahat yang cukup malam harinya, terasa badan kembali segar bugar apalagi dengan menghirup udara segar pedesaan yang masih jauh dari polusi sebagaimana diperkotaan. Di Kelurahan Sanggona, Tim relawan SBM peduli kembali menyerahkan beberapa paket bantuan logistic untuk warga yang menjadi korban banjir.

Persiapan untuk melanjutkan perjalanan dalam menembus Kecamatan Ueesi kembali dilakukan, ada dua alternatif jalan, tetap lewat jalur darat tetapi kendaraan logistik hanya sampai di batas Desa Aukora, atau melalui jalur sungai Konaweha dengan menggunakan perahu. Setelah mempertimbangkan berbagai hal termasuk resiko perjalanan yang mungkin dihadapi, Tim Relawan memutuskan untuk tetap menempuh perjalanan lewat jalur darat.

Sekitar pukul 09.30 wita setelah sarapan pagi, Tim bergerak meninggalkan Kelurahan Sanggona, melewati Desa Tondowatu yang pada saat banjir hampir seluruh desa ini terendam air. Terlihat kubangan lumpur sisa-sisa banjir di halaman rumah-rumah warga, bekas-bekas genangan air didinding kayu dan tembok rumah masih nampak jelas, satu unit mobil terendam dalam lumpur. Beberapa warga masih disibukkan mengeluarkan perabot dari dalam rumah untuk dibersihkan. Tampak kursi, kasur tempat tidur, dan perabot rumah tangga lainnya berjejer dipinggir jalan untuk dijemur. Pagi itu cuaca memang cukup cerah, sinar matahari pagi memancar memberi semangat, membawa harapan untuk hari-hari esok yang lebih baik.

Memasuki batas Desa Aukora, rombongan kendaraan roda empat pengangkut logistik tidak lagi dapat melanjutkan perjalanan, seluruh logistik bantuan dibongkar, dipikul sekitar 100 meter melewati titian kayu yang membelah bekas longsoran dan menutupi seluruh badan jalan, sebelum kemudian logistik bantuan diangkut menggunakan kendaraan bermotor roda dua yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Sebagian rombongan kemudian melajutkan perjalan dengan berjalan kaki sejauh 3 kilo meter untuk sampai di Desa Uete. Desa Uete adalah desa terakhir sebelum masuk wilayah Kecamatan Ueesi.

Sekitar pukul 14.00 wita , seluruh logistik bantuan dan rombongan relawan SBM Peduli tiba di Desa Porabua dan Silui Kecamatan Ueesi dengan disambut antusiasme masyarakat dan pemerintah Desa, tergambar wajah-wajah ramah dan akrab serta penerimaan yang baik dari seluruh warga yang hadir.

Setelah beristirahat sejenak dan bercengkrama dengan warga, sekitar pukul 14.30 wita, bantuan logistic untuk korban dan yang terdampak bencana banjir di serahkan kepada warga dirumah Kepala Desa Porabua, dan dilanjutkan dirumah Kepala Desa Silui. Sedangkan logistic bantuan untuk beberapa desa lainnya dititip di rumah Kepala Desa Silui untuk selanjutnya nanti diditribusikan kebeberapa desa terdekat.

15.30 wita, penyerahan bantuan logistic telah selesai, seluruh rombongan tim relawan diliputi persaan lega dan puas, rasa syukur yang mendalam kepada yang maha kuasa penguasa seluruh jagat, atas ijin dan perkenannya. Logistic bantuan kemanuasian yang dihimpun dari masyarakat Kolaka Timur dapat disalurkan sampai ditujuan.

Oleh : Asri Alam Andi Baso

Penulis :
Editor :

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




LAINNYA
error: Content is protected !!