Bombana, Britakita.net
Ratusan sapi ternak di Kabupaten Bombana mati mendadak, memicu kekhawatiran masyarakat. Hal tersebutpun mendapatkan perhatian dari Lembaga Kajian Pembangunan Daerah dan Demokrasi (LKPD) Sulawesi Tenggara yang meminta agar Pemerintah Daerah segera melakukan investigasi mendalam karena kasus ini dikhawatirkan akan berdampak pada ekonomi dan kesehatan masyarakat.
Ketua LKPD Sultra, Arham, meminta agar Pemda segera bertindak cepat menangani permasalahan ini. Ia menyatakan bahwa kematian Sapi yang terjadi di hampir semua kecamatan di Bombana dapat berpotensi mengancam ekonomi lokal. Banyak warga yang menggantungkan hidup mereka dari peternakan, sehingga kematian ratusan sapi ini akan menimbulkan kerugian besar. Selain itu, ketakutan masyarakat terhadap kesehatan akan menurunkan minat konsumsi daging, yang dapat memperburuk dampak ekonomi.
“Kejadian ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Pemda harus segera lakukan investigasi khusus untuk mengetahui penyebab pasti matinya ratusan sapi di Bombana,” ujar Arham.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bombana, Syarif, menduga bahwa kematian sapi-sapi tersebut disebabkan oleh penyakit Jembrana. Dugaan ini didasarkan pada gejala yang muncul pada sapi-sapi sebelum mati. Virus Jembrana pertama kali terdeteksi di Bombana pada Maret lalu, dan diyakini berasal dari Kabupaten Jembrana, Bali.
“Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa virus jembrana positif ditemukan di wilayah Bombana, tepatnya di Desa Kalaero, Kecamatan Rarowatu. Sejak kemunculan kasus tersebut, lima ekor sapi sudah mati mendadak. Dinas Pertanian akan terus memantau perkembangan dan melakukan langkah-langkah pencegahan untuk menghentikan penyebaran virus,” kata Syarif.
Kepala Bidang Peternakan, Surianto Wedda yang juga dikonfirmasi media ini mengungkapkan bahwa pihak dinas telah melakukan semua langkah tindakan yang harus di lakukan untuk mencegah penyebaran jembrena tersebut.
“Kami sudah melakukan langkah antisipasi untuk menentikan penyebaran virus tersebut termasuk menurunkan tim karantina provinsi Sulawesi tenggara guna menghentikan penyebaran virus tersebut,” ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa sejak bulan Maret hingga September tahun 2024 ini jumlah hewan ternak mati telah mencapai 406 ekor dan hal tersebut bukan tidak mungkin akan bertambah jika para peternak tidak patuh terhadap himbawan pemerintah daerah .
“Saya sampaikan kepada para peternak sapi agar jangan biarkan sapi peliharaan nya di bawa di tempat lain apalagi daerah asal hewan peliharaan tersebut ada indikasi terdampak virus tersebut,” tuturnya.
Surianto Wedda juga menghimbau kepada peternak sapi agar tidak bosan bosannya berkonsultasi ke dinas terkait terlebih virus jembrena ini sudah banyak memakan korban dan jangan memindahkan hewan ternaknya ke wilayah lain karna hal itu dapat menyebar dan merugikan para peternak lainya .
“Biarkan dulu hewan peliharaannya itu berada ditempat, jangan dulu di pindakan ke tempat lain karna itu bisa menyebar dan merugikan orang lain,” katanya.