Harga Gabah Anjlok, DPRD Konawe: Pemda dan Bulog Kemana?

waktu baca 3 menit
Jumat, 4 Jun 2021 21:30 0 262 redaksi

Konawe, Britakita.net

Anjloknya harga Gabah di Kabupaten Konawe membuat para petani menjerit. Hal tersebut yang membuat DPRD Konawe bersuara, dimana DPRD menganggap Pemda Konawe dan Bulog hanya memanfaatkan petani untuk menaikkan popularitasnya.

Saat ini, hasil panen petani hanya terjual dengan harga Rp. 2700. Padahal pemerintah telah menetapkan harga gabah sebesar Rp. 4200. Namun kenyataan dilapangan tidak ada, malahan kenyataan pahit yang didapatkan. Pasalnya, selain dibeli dengan harga yang sangat murah, bahkan dipotong hingga lima kilogram per- karung, gabah mereka pun diutang oleh si pembeli.

Wakil Ketua II DPRD Konawe Rusdianto saat menggelar konferensi pers mengatakan dengan anjloknya harga gabah petani tersebut, pemerintah daerah harus segera melakukan intervensi agar petani tidak merugi.

“Selama ini pemda telah gembar gemborkan di masyarakat pada saat melakukan panen raya bahwa apabila harga gabah turun atau dimainkan oleh para tengkulak maka pemda akan hadir mengambil alih agar gabah petani tetap dalam harga yang wajar, kenyataanya mana?,” katanya.

Rusdianto juga menuturkan, sejak panen raya di Wilayah Asinua, Padangguni, Abuki, Tongauna dan Tongauna Utara sampai saat ini Unaaha dan Wonggeduku, sudah hampir selesai panen, harga gabah petani bukannya stabil malah semakin anjlok.

“Kalau hal ini kita biarkan, akhirnya yang rugi masyarakat. Masyarakat merasa hanya dijadikan alat politik,” ujarnya.

“Atas nama DPRD dan ini menjadi keputusan rapat kami tadi, saya dipercayakan oleh rapat untuk menyampaikan pada media supaya pemerintah betul-betul peka terhadap anjloknya harga gabah yang saat ini terjadi,” tegasnya.

Lanjut Rusdianto sepengetahuan DPRD, Pemda Konawe telah melakukan kerja sama dengan Bulog untuk menekan anjloknya harga gabah petani di setiap panen. Namun, sampai saat ini, DPRD belum melihat gerakan yang dilakukan oleh Pemda maupun Bulog untuk mengintervensi hal itu.

“Apakah nanti selesai panen kemudian harga gabah naik lagi atau pada saat gabah masyarakat sudah tidak ada lagi kemudian naik. Sekarang yang diperjuangkan di sini apakah masyarakat atau pengusaha ini harus jelas,” ketusnya.

DPRD Konawe menyarankan kepada Pemda, kalau memang tidak bisa melakukan intervensi kenapa tidak membuka kran pengusaha luar untuk masuk membeli gabah di daerah ini.

Rusdianto mengungkapkan, dalam Mou (Pemda – Bulog) ada regulasi yang kemudian melarang pengusaha dari luar masuk membeli gabah di Konawe. Sehingga disarankan kepada Pemda untuk membuka kembali kran itu.

“Saya kira kalau menurut pandangan kami, yang datang juga itu bukan tengkulak tapi pengusaha,. Pengusaha penggilingan kemudian membeli gabah dan harus kita akui, yang mungkin selama ini panen-panen sebelumnya harga gabah turun saat panen raya tapi tidak seperti saat ini,” ungkapnya.

Dengan dibatasinya pengusaha luar daerah untuk masuk membeli gabah akhirnya harga gabah petani sangat memprihatinkan. Sehingga kata Rudi sapaan akrab Wakil Ketua II DPRD Konawe, tinggal bagaimana keseriusan pemerintah daerah.

“Bayangkan Rp. 2700, di angka Rp. 3300 saja petani masih rugi apalagi Rp. 2700. Sudah Rp. 2700 diutang lagi. Ketua DPRD sendiri tadi menyampaikan gabahnya itu dibeli Rp.3000 diutang lagi dan sampai sekarang belum dibayar,”ujarnya.

Laporan: Rudi
Editor: Komar

Penulis :
Editor :

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




LAINNYA
error: Content is protected !!