Nyaris Ikat Pinggang, Warga Latoma Berjalan 12 Jam Mencari Bantuan di Unaaha

waktu baca 2 menit
Jumat, 28 Jun 2019 00:19 0 468 redaksi

Konawe, Britakita.id

Enam Keluarga korban banjir yang berasal dari Kelurahan Waworaha, Kecamatan Latoma, Kabupaten Konawe terpaksa menahan lapar. Bahkan nyaris ikat pinggang karena minimnya bantuan yang mereka terima sebelum dan setelah banjir yang merendam Kabupaten Konawe kurang lebih dua seminggu.

Enam keluarga tersebut salah satunya Sry, dirinya bersama keluarga lain terpaksa berjalan kaki dari Kecamatan Latoma menuju ke Ibu Kota Kabupaten Konawe, Unaaha. Dan untuk sampai di Unaaha Sry rekannya harus berjalan kaki lurang lebih 12 jam.

“Jadi saya jalan pagi, saya sampai malam di sini (Unaaha red). Dan tujuan kami kesini untuk mencari posko utama korban banjir dan meminta agar kami bersama keluarga lainnya diberikan bantuan karena kami sangat membutuhkan bantuan,” ujar Sry saat ditemui britakita di Posko Utama tanggap darurat bencana banjir Kabupaten Konawe.

Lanjut ibu rumah tangga bercerita awal terjadi banjir di Kecamatan Latoma, dirinya bersama keluarga langsung mengungsi pasalnya kediamannya telah terendam air yang tingginya hingga dada orang dewasa. Dan lebih oronisnya lagi pertama banjir dirinya hanya mendapatkan bantuan hanya lima liter beras dan 10 bungkus mie instan.

“Karena sesikit bantuan yang kami dapat, jadi saya irit-irit saja makan. Bahkan setelah bantuan itu habis kita hampir saja ikan pinggang untuk tahan rasa lapar,” ceritanya.

Melihat kondisi yang semakin sulit karena bantuan yang sangat minim, Sry bersama lima keluarga lainnya memaksakan diri menuju Unaaha. Dengan harapan dirinya berasama keluarganya dapat bertahan hidup.

” Kami beranikan diri untuk jalan kali, karena dirumahnya sudah tidak ada apa-apa hilang karena banjir. Dan kalau kita bertahan disana dengan minimnya bantuan makanan, pasti kita tidak akan mampu,” katanya.

Untuk diketahui salah satu Kecamatan yang  terparah  terdampak bencana banjir yakni Lelurahan Waworaha  Kecamatan Latoma. Selain wilayah terparah terdampak banjir, akses menuju lokasi tersebut sempat terisolir. Bahkan penyaluran bantuan di lokasi tersebut harus melalui udara yakni menggunakan helikopter.

Laporam: Muhammad Andri

Penulis :
Editor :

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *




LAINNYA
error: Content is protected !!